Wednesday, September 3, 2008

Deborah Bikin Gerah

Liburan sudah berakhir. Sekarang tiba waktu kuliah. Saat kuliah, pasti tak bisa dipisahkan dengan transportasi Saya ke kampus. Saya adalah pengguna bus Deborah ke kampus dan pulang dari kampus. Tetapi Deborah tidak seindah namanya. Sempit, sumpek, dan gerah. Itulah kesan Saya apabila pergi kuliah dengan bus Deborah. Apalagi kalau di jam-jam sibuk, Deborah selalu tampak penuh dengan penumpang. Rute bus ini adalah dari stasiun Lebak Bulus ke Depok. Bus ini merupakan angkutan satu-satunya yang menuju ke Depok atau arah sebaliknya menuju stasiun Lebak Bulus. Tetapi entah kenapa unit bus ini sangat sedikit, menurut sumber sekitar 20 unit, padahal angkutan ini sangat dibutuhkan oleh banyak orang.

Banyak sekali kejadian-kejadian yang dapat diceritakan selama perjalanan menggunakan angkutan umum ini. Sekitar setahun yang lalu, karena saking penuhnya, penumpang di samping Saya pernah kecurian HPnya. Saya dan penumpang di samping sampai tidak melihat kejadian pencurian tersebut karena masing-masing penumpang sibuk sendiri mengatur posisi di antara keramaian penumpang. Teman Saya, yang seorang wanita, pernah memiliki kejadian yang juga tidak mengenakkan. Teman Saya pernah mengalami pelecehan seksual ketika berdiri di bus yang sedang ramai. Kejadian seperti ini memang sering terjadi pada angkutan umum yang ramai.

Di antara kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan, ada pula kejadian yang cukup lucu. Kejadian tersebut dialami oleh teman Saya yang menyaksikan keahlian akrobatik sang kondektur bus Deborah. Karena terlalu penuh, sang kondektur yang ingin menutup pintu depan bus, berpindah dari pintu belakang ke pintu depan melalui bagian luar bus. Kondektur tersebut hanya berpegangan melalui kaca luar bus layaknya Spiderman. Tentunya para penumpang hanya menyaksikan dengan takjub keahlian yang dimiliki sang kondektur.

Melihat dari pengalaman, tampak jelas bahwa semua kejadian yang terjadi dikarenakan oleh tidak seimbangnya perbandingan kapasitas penumpang bus dengan penumpang yang naik bus. Perusahaan bus Deborah terlalu menganut prinsip ekonomi tanpa memperhatikan kenyamanan penumpang dan dampaknya. Perusahaan bus terlalu memaksakan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal yang sedikit-dikitnya. Keuntungan ini didapat akibat monopoli rute yang tidak dimiliki oleh jurusan angkutan lainnya yang dapat membuat penumpang secara mau tak mau harus naik bus ini.

Bus Deborah merupakan wujud dari masih lemahnya sistem transportasi yang ada di Jakarta. Angkutan publik Jakarta terasa kian tidak memadai. Berdasarkan data Dewan Transportasi Kota Jakarta, pemenuhan infrastruktur transportasi umum kurang dari 70 persen. Kondisi ini diperparah dengan keterlambatan pencairan APBD DKI 2008. Jakarta adalah ibukota negara ini dan memiliki tingkat populasi yang tinggi menduduki peringkat 5 besar kota terpadat penduduknya di dunia. Namun, pengaturan tata kota dan transportasi kota ini masih terlihat semrawut dan tidak teratur. Apabila kita lihat dengan negara berkembang lain seperti Kolombia, negara kita sudah tertinggal. Ini dapat dilihat dari program bus Transjakarta yang telah beroperasi sejak tahun 2004. Program ini diadopsi dari program yang telah ada di negara Kolombia. Dari situ kita dapat melihat bahwa pemerintah Indonesia telah tertinggal dari negara berkembang lainnya dalam menangani masalah transportasi publik.

1 comment:

Mira Febri Mellya [merre] said...

sampai jumpa di deborah..
haha
derita mahasiswa depok-lebak bulus